Saturday, June 15, 2013

Selamat Tinggal


Awan hitam menutupi cerahnya sinar mentari disertai titik - titik hujan yang mulai membasahi jalanan. Begitu juga dengan hati yang entah mengapa merasakan sedih yang memilukan. Disaat aku mengikuti bimbingan belajar, tiba - tiba telepon genggamku bergetar - getar. Ternyata itu adalah telepon dari ayahku yang mengatakan “Nes, opung boru Silaen meninggal.” Dalam bahasa Batak opung boru berarti nenek. Ternyata inilah firasat sedih yang kurasakan semenjak tadi. Sedih rasanya, ingin aku berteriak tapi apa mau dikata, aku sedang dalam proses pembelajaran. Akhirnya, aku memutuskan untuk izin pulang lebih awal.
            Akhirnya sampai di rumah, ayahku sedang terduduk dan menelpon saudara - saudara kami memberitahu bahwa nenek sudah meninggal. Rawut wajahnya, sinar matanya semua sudah menunjukkan semua kesedihan ini. Beliau adalah nenek terakhirku karena nenek dan kakekku yang lain telah pergi lebih dulu. Beberapa jam kemudian, ibuku yang telah pulang kampung lebih dulu menelponku dan mengatakan bahwa aku tidak perlu pulang kampung karena masih dalam proses UAS. Secara spontan aku menolak perkataan ibuku, aku tidak mau kehilangan kesempatan terakhir melihat nenekku tersayang. Akhirnya diputuskan kami akan berangkat ke Medan keesokkan harinya.
            Tiket pesawat telah terbeli kini kami tinggal menungggu waktu untuk keberangkat. Setelah penerbangan selama 2 jam akhirnya kami sampai di Bandara Polonia, Medan, kami dijemput oleh kakak kandungku yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara dan kami pun berangkat bersama - sama menunju kampung kami yaitu kampung Silaen. Setelah 8 jam perjalanan dari kota Medan menuju kampung Silaen, kami pun sampai di rumah duka. Heningnya malam pun terpecah oleh isak tangis kami, tak terdengar lagi suara jangkrik dan katak yang menjadi musik malam hanya ditemani rintikkan hujan yang melatari kesedihan kami.
            Acara adat pun dimulai, dan hari ini adalah hari penutupan peti. Tangis pun kembali pecah air mata mengalir deras membentuk sungai - sungai bening yang berhulukan mata. Kini, semuanya telah berakhir, tak boleh lagi ada kesedihan karena beliau telah berada di tempat layak di sisi Allah Yang Mahakuasa. Terkadang ibuku selalu bercerita detik - detik terkahir beliau, dan itu membuatku kembali mengalirkan air mata. Dan pelajaran yang ku ambil adalah berikanlah yang terbaik untuk orangtuamu, terlebih ibu karena beliaulah kamu tahu apa itu hidup, agar nanti ketika ibu pergi tak ada penyesalan dari hatimu.

No comments:

Post a Comment