Kalo sebelumnya tugas filsafat dikasi sama Dosen Filsafat, maka tugas ini dikasi oleh Dosen Antropologi gue yang bernama Holy Greata, M.Psi
Ada yang bingung dengan judulnya?? Sama gue juga bingung. Tapi gue kasi tau intinya yee... Artikel ini berisikan mengenai sejauh mana pemahaman gua tentang teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi, serta contoh nyata yang udah gue alamin. Ya, pokoknya gitulah. Ngrti gak ngerti ya baca aja, yak. Hehehe.
Selamat Menyimak!!!
Nama : Wulan Oktaviany
NIM : 46115210031
1. Cari tahu bagaimana anda
memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari!
Menurut pengalaman saya
selama ini, saya memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari - hari sama seperti teori konvergensi, yang merupakan titik temu antara
teori nativisme dan teori empirisme.
Salah satu contoh dari
pengalaman saya sebagai berikut, saya mengikuti olahraga pencak silat dan juga
pernah mengikuti taekwondo. Ternyata hal tersebut (pencak silat) juga dikuasai
oleh kakek, ayah, paman, dan kakak saya. Selain itu juga banyak teman yang
mengikuti olahraga beladiri. Hal ini yang mendorong saya untuk menjalani
kegiatan tersebut sampai dengan saat ini. Yang pada akhirnya membuat saya
pernah mengikuti dua kali kejuaraan pencak silat dan memenangkannya.
Teori nativisme berlaku pada
kenyataan bahwa dari keluarga ayah saya menguasai olahraga beladiri. Sedangkan,
teori empirisme berlaku pada kenyataan bahwa lingkungan (dalam hal ini teman)
yang mengikuti olahraga beladiri. Sehingga kedua - duanya mempengaruhi saya
untuk menjalani dan menguasai olahraga beladiri.
2. Selain teori nativisme,
empirisme, dan konvergensi, menurut anda apakah ada teori dan hal - hal lain
yang mendorong individu melakukan sesuatu?
Menurut saya ada, yaitu
motivasi diri. Karena tanpa motivasi diri seseorang tidak akan mengikuti arus
kebiasan ataupun kegiatan baik yang dipengaruhi diri maupun yang diperoleh
secara bawaan. Contohnya, hasil tes IQ dan bakat minat yang saya jalani saat
SMP menunjukkan bahwa saya cocok menjadi pengacara. Selain itu ayah saya juga
merupakan mantan pengacara, akan tetapi dari dalam diri saya tidak mau sama
sekali menjalani hal - hal semacam itu yang menurut saya terkadang melanggar
nurani diri. Contoh positifnya , dalam menjalani olahraga beladiri itu saya
juga memiliki keinginan dari dalam diri untuk menguasainya agar saya dapat
melindungi diri saya sendiri dan juga kalau memungkinkan mendapatkan prestasi dalam
bidang tersebut.
Demikian artikel gak bermutu ini guys! Semoga sedikit banyaknya membantu kalian dalam pemahaman. See you next time!
No comments:
Post a Comment