THS-THM adalah olah raga bela diri dengan dasar gerak olah raga
tradisional negara kita yaitu Pencak Silat. Awalnya, olah raga ini dimotori
oleh romo Hadi, dan dikhususkan untuk para siswa seminari menengah
Mertoyudan,Magelang. Dalam perkembangannya karena dianggap bermanfaat dan
dinilai sangat positif , maka dikembangkan untuk para remaja dan mudika di luar
lingkungan seminari.. Sampai saat ini olah raga ini di gereja Katolik sudah
berumur kurang lebih 20 tahun, dan saat ini sudah memiliki 33 cabang tempat
latihan. Tidak hanya itu, olah raga yang selalu diawali dengan pendaman iman
sebelum latihan ini ternyata diminati pula dikalangan remaja putri dan para
mudika putri. Dari situ terbentuklah nama THS , untuk laki-laki, dan THM, untuk
perempuan. Kostum biru putih yang melekat manis di antara anggota THM diambil
dari ide jubah yang selalu dikenakan Bunda Maria, yaitu biru putih. Selain
dengan olah raga bela diri dan pendalaman iman kelebihan kegiatan ini adalah
disisipkannya kegiatan -kegiatan yang berorientasi pada latihan kepemimpinan di
kalangan remaja dan pemuda Katolik.
Pada tahun 1983, Seminari Menengah
Mertoyudan , Magelang, Jawa Tengah, mengundang seorang frater untuk mengajar.
Hal tersebut biasa saja, yang agak aneh adalah frater tersebut diminta untuk
mengajar pencak silat. Tentu saja seminari sudah memikirkan "Mengapa
Pencak Silat ?". Ternyata dalam "penggodogan" pendidikan calon
imam di seminari ditanamkan pula rasa cinta akan tanah air, rasa hormat serta tanggung
jawab akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tercinta, dan sekaligus mengakar
pada iman akan wafat dan kebangkitan-Nya. Latihan bela diri pencak silat
dimulai. Para seminaris yang ikut latihan pertama kali berjumlah 73 orang.
Tetapi konyolnya, frater tersebut hanya bisa mengajar bela diri sekali sebulan
saja. Secara teoritis tidak mungkin mengajarkan bela diri hanya 2 jam saja
dalam 1 bulan. Dilain pihak, sebagai calon imam yang dididik untuk memecahkan
persoalan, maka latihan bela diri itupun tetap berjalan walaupun terseok-seok.
Apa akibatnya ? Banyak seminaris yang mengundurkan diri, tidak mau lagi
mengikuti latihan pencak silat ini. Memasuki tahun 1984, seminaris yang
tetap bertahan mengikuti latihan pencak silat ini tinggal 11 orang. Mulailah
diadakan peningkatan latihan beladiri yang lebih berat lagi. Dilaksanakan di
Kaliurang, lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, didampingi oleh seorang dokter
dan seorang psikolog. Akhirnya latihan tersebut mencapai tahap akhir,
berlangsung di pantai Parangtritis, Yogyakarta. Disinilah tercipta jurus-jurus
otentik Seminari yang dibuat oleh para seminaris dan frater yang masih muda
usia, miskin pengalaman, namun memiliki kebulatan tekad mau berbakti bagi
seminari, mau berkorban demi iman dan cinta nan suci pada Ibu Pertiwi. Dari
sini muncullah gagasan bersama "Ide menguak masa depan". Beladiri
sebagai sarana kerasulan.
Ide
menguak masa depan disepakati. Bela diri akan dijadikan sebagai alat kerasulan.
Berdirilah Dewan Pendiri, yaitu suatu dewan yang beranggotakan para perintis
dan pendiri serta pemrakarsa bentuk-bentuk idealisme kegiatan THS-THM. Mereka
terdiri dari sebelas pria berikut ini: Rm. M. Hadiwijoyo, Pr. (bebas tugas,
Jakarta); Dr. RMS Haripurnomo Kushadiwijaya (Yogyakarta); St. Adi Satriyo
Nugroho, SPd. (Timor Timur); YB. Prasetyo Yudono, MSBA. (Jakarta); Brigjen TNI
(Purn) Ign. Imam Kuseno Miharjo (Jakarta); Y. Lilik S. Dwijosusanto, SPd.
(Yogyakarta); Benediktus Wiharto, SH. (Bandung); Rm. AG. Luhur Prihadi, Pr.
(Pematangsiantar); Rm. R. Heru Subyakto, Pr. (Magelang); Drs. Petrus Agus Salim
(Jakarta); A. Bambang Wahjudi, SP. (Muntilan).
Bersama
dengan empat wanita berikut ini: Dra. MM. Emmy Putraningrum (Yogyakarta);
Ibu Imam Kuseno Miharjo (Jakarta); Dra. C. Wahyu Dramastuti (Jakarta); M. Sri
Selastiningsih, SE. (Jakarta).
Dalam
design yang diharapkan sebenarnya akan ada anggota pria dan wanita
masing-masing dua belas orang dalam Dewan Pendiri. Angka 12 diturunkan dari
jumlah rasul Yesus. Setiap anggota Dewan Pendiri ditentukan dengan pertimbangan
seluruh anggota, tidak ada pemecatan terhadapnya, dapat keluar atas permintaan
sendiri atau karena tindakan yang jelas bertentangan dengan azas pendirian
organisasi Katolik THS-THM ini; seperti terjadi pada mantan anggota Dewan Pendiri
: Rm. J. Sandharma Akbar, Pr. (Bogor) yang telah menjalankan kegiatan
bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM; serta dua
anggota lain yang karena suatu keadaan telah mengundurkan diri dengan baik dan
tetap dikenang jasa dan kerjasamanya : Lettu (TNI) FP. Krisdaryadi (Surabaya)
dan Ning Suyanto (Yogyakarta). Untuk memelihara jumlah anggota dewan suatu
langkah penggantian dilakukan. Sebagian anggota dewan telah terlebih dahulu
mempersiapkan kehadiran THS-THM sejak awal 1980-an : Frater Hadiwijaya, Dokter
Haripurnomo dan Psikolog Emmy Putraningrum, serta para siswa seminari
Mertoyudan yaitu Adi, Heru, Luhur, Lilik, Wiharto, Prasetyo dan Kris serta
sejumlah murid seminari Mertoyudan lain. Beberapa individu pernah
diperbincangkan untuk menjadi anggota dewan dan tidak diambil keputusan untuk
menetapkannya.
Organsasi Pencak Silat THM (Tunggal hati Maria) pd masa embrionya telah di rancang utk menjd sebuah oranisasiyg hanya dikhususkan bagi kamu wanita terlepas dr THS utk kaum pria. Bagaimana kita mengenal THM ini ? Mari kita lihat pertama dr seragam, seragam THM dirancang khusus oleh designer. Sehingga penampilan psilat putri ini tidak yampak menyeramkan melainkan tetap tampil cantik dan mempesona. Lihat lambang THM, berbentuk hati, pertanda bahwa tiap anggota THM akan menjdi ksatria Gereja yg lembut hati. Pd tgl 21 April 1989, THM tingkat nasional remi didirikan secara mandiri. Fakta ini tenggelam dikarenakan kinerja THM yg blm signifikan di perhelatan organisasi. Saat itu THM diresmikan pd sebauah misa peringatan hari Karttini di Gereja Katedral Jakarta. Namun meskipun bgtu keterikatan hati antar anggota THS THM makin hari tdk dpt terpisahkan. Awal tahun 1986, puteri-puteri Gereja tidak mau ketinggalan untuk turut serta dalam kegiatan ini. Mereka ada di Paroki St. Fransiskus, Tanjung Priok dan di SMP St. Fransiskus II, Kampung Ambon, yang segera disusul puteri-puteri Paroki St. Anna, Duren Sawit. Pada tanggal 10 November 1986, bertepatan dengan hari Pahlawan dan Hari Ulang Tahun THS yang pertama, diresmikan pulalah Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Maria (THM) oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI, Bapak Ignatius Imam Kuseno Miharjo, dan direstui oleh Pastor Paroki Romo Martinus Hadiwijoyo Pr. dan Pastor Purbo Tamtomo Pr. Bertempat di Gereja St. Bonaventura, Pulomas, Jakarta Timur. Jumlah THS-THM sudah tercatat sebanyak 637 orang.
"Tuhan bersabda melalui kitab suci, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa". (Yoh. 15:5). Memasuki tahun 1987, jumlah anggota THS-THM sudah mencapai lebih dari 2300 orang yang tersebar di kota-kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Wonogiri, Muntilan, Bandung, Lampung dan Banjarmasin. Dan sampai sekarang THS-THM terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu, bahkan sampai keluar negeri."
No comments:
Post a Comment