Awan hitam menutupi
cerahnya sinar mentari disertai titik - titik hujan yang mulai membasahi jalanan.
Begitu juga dengan hati yang entah mengapa merasakan sedih yang memilukan.
Disaat aku mengikuti bimbingan belajar, tiba - tiba telepon genggamku bergetar
- getar. Ternyata itu adalah telepon dari ayahku yang mengatakan “Nes, opung
boru Silaen meninggal.” Dalam bahasa Batak opung boru berarti nenek. Ternyata
inilah firasat sedih yang kurasakan semenjak tadi. Sedih rasanya, ingin aku
berteriak tapi apa mau dikata, aku sedang dalam proses pembelajaran. Akhirnya,
aku memutuskan untuk izin pulang lebih awal.
Akhirnya sampai di rumah, ayahku
sedang terduduk dan menelpon saudara - saudara kami memberitahu bahwa nenek
sudah meninggal. Rawut wajahnya, sinar matanya semua sudah menunjukkan semua
kesedihan ini. Beliau adalah nenek terakhirku karena nenek dan kakekku yang
lain telah pergi lebih dulu. Beberapa jam kemudian, ibuku yang telah pulang
kampung lebih dulu menelponku dan mengatakan bahwa aku tidak perlu pulang
kampung karena masih dalam proses UAS. Secara spontan aku menolak perkataan
ibuku, aku tidak mau kehilangan kesempatan terakhir melihat nenekku tersayang.
Akhirnya diputuskan kami akan berangkat ke Medan keesokkan harinya.
Tiket pesawat telah terbeli kini
kami tinggal menungggu waktu untuk keberangkat. Setelah penerbangan selama 2
jam akhirnya kami sampai di Bandara Polonia, Medan, kami dijemput oleh kakak
kandungku yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara dan kami pun berangkat
bersama - sama menunju kampung kami yaitu kampung Silaen. Setelah 8 jam perjalanan
dari kota Medan menuju kampung Silaen, kami pun sampai di rumah duka. Heningnya
malam pun terpecah oleh isak tangis kami, tak terdengar lagi suara jangkrik dan
katak yang menjadi musik malam hanya ditemani rintikkan hujan yang melatari
kesedihan kami.
Acara adat pun dimulai, dan hari ini
adalah hari penutupan peti. Tangis pun kembali pecah air mata mengalir deras
membentuk sungai - sungai bening yang berhulukan mata. Kini, semuanya telah
berakhir, tak boleh lagi ada kesedihan karena beliau telah berada di tempat
layak di sisi Allah Yang Mahakuasa. Terkadang ibuku selalu bercerita detik -
detik terkahir beliau, dan itu membuatku kembali mengalirkan air mata. Dan
pelajaran yang ku ambil adalah berikanlah yang terbaik untuk orangtuamu,
terlebih ibu karena beliaulah kamu tahu apa itu hidup, agar nanti ketika ibu
pergi tak ada penyesalan dari hatimu.
No comments:
Post a Comment